Catatan Mae Rose : Sudah, Ikhlaskan!

Sumber foto : mbah google

Menarik napas dengan dalam. Menatap diri di depan cermin. Diusia yang bersiap untuk pulang, sudah jauh perjalanan saya. Saking jauhnya kaki melangkah, membuat diri berpikir sejenak. 3 tahun memang bukan waktu yang singkat. Dari roboh sampai kuat berpijak dengan kaki sendiri. Menatap seorang anak laki-laki berumur 14 tahun yang beranjak remaja disaat ia terlelap, membuat saya berkata lebih dalam, “Bukan mama yang punya luka. Tetapi, kamu!”

Jika ujian tiada henti adalah pengguguran dosa, agar berjalan dimuka bumi tanpa dosa. Saya akan mengatakan, saya Ikhlas ya Rabb, walaupun tarikan napas kadang membuat diri hampir putus asa. 

Jalan takdir setiap orang berbeda, begitu pula saya. Tiada yang tahu. Dari kota kembang sampai dilempar ke kota hujan. Siapa yang tahu. Bahkan bertemu dengan 2 lansia pun tak tahu. Dulu berpakaian rapi, bekerja di belakang meja, menghitung angka kini bekerja tanpa meja, pena, angka dan file-file perusahaan. Tetapi, bekerja mengenal prilaku manusia, melihat diri sendiri, berkaca pada sifat sendiri karena pada akhirnya akan merasakan MENJADI TUA.

Bekerja dengan dua lansia memiliki daya ingat yang sangat kuat, membuat saya berpikir banyak hal. Apalagi jika mereka sudah bercerita banyak hal tentang kehidupan sampai yang menyakitkan sekalipun. Saat saya mendengarkan cerita itu, saya melihat diri saya sendiri. Apakah ketika umur saya sudah menua, saya akan mengingat sesuatu yang menyakitkan hati saya secara detail? Jika ia, berarti disaat itu saya lakukan. Jiwa saya masih tersakiti, mental saya belum sembuh dan tak ada kata ikhlas. Bukankah jika sudah ikhlas, TIDAK MENGINGAT LAGI! Bukankah ikhlas kepada takdirnya berarti RIDHO/RELA MENERIMA KETENTUAN-NYA! 

Ya, ikhlas menerima dan menjalani takdir seberat apapun. Bukan pasrah tapi memahami takdir itu sendiri. Sehingga ketika memahaminya, jiwa menjadi tenang, lempeng, pikiran tak jelimet, ruwet. Ilmu ikhlas memang berat, tetapi dengan ikhlas melahirkan penerimaan takdir Allah. Bukankah ikhlas melahirkan jiwa yang tawakal kepada Allah dan akhirnya muncul keyakinan yang mendalam kepada Allah. Pasrah bukan putus asa. Seperti cerita bubur kacang kemarin, bukan? Allah yang mengaturnya secara detail, menskenarionya dengan indah sehingga pada akhirmya senyuman itu akan menghiasi wajah yang muram.

Rosa Linda

Cipeucang, 03 Feb 2024

Notes: Tulisan ini dibuat untuk diri sendiri. Untuk muhasabah diri sendiri, jika sesuatu hari nanti oleng. Bisa mengingat kembali, makna ikhlas dalam diri.

Terimakasih sudah berkunjung, jangan lupa tinggalkan jejakmu ^^