BPN Ramadhan 2024 : Tips Berpuasa Di Bulan Ramadhan


Ramadhan tiba…. Ramadhan tiba. Alhamdulillah akhirnya kita bertemu kembali dengan bulan yang penuh kebaikan. Menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan bulan suci ramadhan dengan penuh semangat 45 dan saya yakin perasaan sahabat Mae mengharu biru bertemu bulan penuh keberkahan ini. Melebihi bertemu dengan idola, misal Lee Dong Woo gitu.

Sahabat Mae, kalau kita menyambut sesuatu yang dinanti dan ditunggu-tunggu. Tentu kita akan menyiapkan segala hal bukan? Kita akan berusaha menjadi terbaik dan terlihat beda dari biasanya. Pokoknya, harus terlihat beda.

Nah, untuk itu, saya ada beberapa tips agar bertemu dengan bulan penuh keagungan ini bisa lebih pool puasanya dan sampai ke garis finish.

Pertama. Bulan puasa tak sekedar menahan haus dan lapar. Tetapi juga berhubungan dengan ibadah yang dilipat gandakan. Agar ibadah maksimal hendaklah sebelum ramadhan datang kita membiasakan aktifitas ibadah rutin, misal sering tadarusan, lail, sedekah dan lain sebagainya. Sehingga saat bulan ramadhan datang, ibadah semakin maksimal dan terbiasa dengan rutinitas tanpa terbebani menjalankannya.

Kedua. Jika punya penyakit tertentu, hendaklah berkonsultasi dengan dokter pribadi agar bisa diberikan solusi bagaimana cara aman menjalankan puasa tanpa keluhan.

Ketiga. Saat ramadhan telah datang. Ingat! jangan berlebihan dalam hal apapun termasuk makanan. Masak seperti biasa dengan menu yang sehat agar tubuh tetap fit selama ramadhan. Ibadah puasa hanya perubahan jam makan.

Keempat. Jangan segala diembat. Kebiasaan jelek saat berbuka adalah menyantap segala makanan yang ada. Seolah-olah kelaparan karena seharian menahan lapar dan haus. Jika kita berlebihan saat berbuka, akibatnya perut akan kenyang dan membuat ibadah akan menjadi malas. Cukup seperlunya saat berbuka, misal mengkonsumsi beberapa kurma, cemilan ringan dan bisa dilanjutkan makanan berat saat selesai tarawih.

Catatan Mae Rose : Sudah, Ikhlaskan!


Sumber foto : mbah google

Menarik napas dengan dalam. Menatap diri di depan cermin. Diusia yang bersiap untuk pulang, sudah jauh perjalanan saya. Saking jauhnya kaki melangkah, membuat diri berpikir sejenak. 3 tahun memang bukan waktu yang singkat. Dari roboh sampai kuat berpijak dengan kaki sendiri. Menatap seorang anak laki-laki berumur 14 tahun yang beranjak remaja disaat ia terlelap, membuat saya berkata lebih dalam, “Bukan mama yang punya luka. Tetapi, kamu!”

Jika ujian tiada henti adalah pengguguran dosa, agar berjalan dimuka bumi tanpa dosa. Saya akan mengatakan, saya Ikhlas ya Rabb, walaupun tarikan napas kadang membuat diri hampir putus asa. 

Jalan takdir setiap orang berbeda, begitu pula saya. Tiada yang tahu. Dari kota kembang sampai dilempar ke kota hujan. Siapa yang tahu. Bahkan bertemu dengan 2 lansia pun tak tahu. Dulu berpakaian rapi, bekerja di belakang meja, menghitung angka kini bekerja tanpa meja, pena, angka dan file-file perusahaan. Tetapi, bekerja mengenal prilaku manusia, melihat diri sendiri, berkaca pada sifat sendiri karena pada akhirnya akan merasakan MENJADI TUA.

Bekerja dengan dua lansia memiliki daya ingat yang sangat kuat, membuat saya berpikir banyak hal. Apalagi jika mereka sudah bercerita banyak hal tentang kehidupan sampai yang menyakitkan sekalipun. Saat saya mendengarkan cerita itu, saya melihat diri saya sendiri. Apakah ketika umur saya sudah menua, saya akan mengingat sesuatu yang menyakitkan hati saya secara detail? Jika ia, berarti disaat itu saya lakukan. Jiwa saya masih tersakiti, mental saya belum sembuh dan tak ada kata ikhlas. Bukankah jika sudah ikhlas, TIDAK MENGINGAT LAGI! Bukankah ikhlas kepada takdirnya berarti RIDHO/RELA MENERIMA KETENTUAN-NYA! 

Ya, ikhlas menerima dan menjalani takdir seberat apapun. Bukan pasrah tapi memahami takdir itu sendiri. Sehingga ketika memahaminya, jiwa menjadi tenang, lempeng, pikiran tak jelimet, ruwet. Ilmu ikhlas memang berat, tetapi dengan ikhlas melahirkan penerimaan takdir Allah. Bukankah ikhlas melahirkan jiwa yang tawakal kepada Allah dan akhirnya muncul keyakinan yang mendalam kepada Allah. Pasrah bukan putus asa. Seperti cerita bubur kacang kemarin, bukan? Allah yang mengaturnya secara detail, menskenarionya dengan indah sehingga pada akhirmya senyuman itu akan menghiasi wajah yang muram.

Rosa Linda

Cipeucang, 03 Feb 2024

Notes: Tulisan ini dibuat untuk diri sendiri. Untuk muhasabah diri sendiri, jika sesuatu hari nanti oleng. Bisa mengingat kembali, makna ikhlas dalam diri.

Catatan Mae Rose : Pulang


Pulang

Manusia hidup di dunia pasti akan mengalami ujian hidup. Sebesar apa ujiannya, tentu masing-masing orang berbeda tingkat ujian. Saya, kamu, kalian siapapun ketika meghadapi ujian tentu adakalanya merasa lelah. Satu masalah beres, datang lagi masalah berikutnya. Kuat, ya harus kuat dan akhirnya pernah tumbang. Saking lelahnya kadang pengen cepet pulang. Walaupun belum saatnya pulang.

Berbicara tentang pulang, 3 hari belakangan saya mendapat pelajaran berharga. Seperti ditampar Tuhan secara tidak langsung. Mungkin Tuhan saat itu berkata kepada saya, “mau pulang? Gampang! Tetapi, apakah dengan pulang, masalahmu selesai? Tentu, masalah duniamu selesai tetapi masalah akhiratmu dimulai!” 

3 hari yang lalu, ketika masuk pagi dan sampai di rumah Oma, saya langsung diminta Oma untuk membacakan sebuah buku dengan suara yang keras agar ia bisa mendengarkan juga. Singkat cerita, buku itu berjudul detik-detik ajal menjelang. Isi buku tersebut menceritakan tentang proses medekati kematian, setiap manusia yang akan menuju pulang didepan mata, tidak ada yang bisa berbicara apapun hanya bisa memberikan isyarat ini dan itu kepada yang masih hidup. Pulang dengan baik itu akan dituntun dengan iman dan amal kebaikan yang baik hingga pada akhirnya selamat sampai ke alam kubur. Buku ini juga menceritakan bagaimana saat Rasulullah menjelang ajalnya dan bisa dibayangkan bagaimana suara saya saat halaman ini dibaca, bergetar iya dan disinilah tamparan keras itu saya terima. Mungkin, saat halaman ini terbaca.  Allah, Rabbku berkata dengan lembut sambil menyetil otak saya dengan lembut

“Sudah seberapa besar bekalmu untuk pulang? Rasulullah ujiannya sangat berat melebihi dirimu, tetapi Rasulullah tidak mengeluh, bahkan saat ajalnya menjemput! Kamu? Baru segini saja sudah minta pulang!” 

Ya, masalah dihadirkan untuk dinikmati, bukan dijadikan beban. Jika Allah ingin menjemput pulang gampang kok, bisa kecelakaan saat naik belalang tempur, bisa pulang karena tersedak bahkan saat tidak dalam keadaan apapun. Hanya saja, apakah saat diminta pulang, iman dan amal itu sudah kokoh! Jika dirasakan belum, kenapa harus meminta pulang. Tunggu, perbanyak amal dan rapatlah kepada Rabbmu, agar ketika diminta pulang dalam keadaan apapun. Malaikat maut akan menjemputmu dengan lembut.

Rosa Linda

Tulisan ini untuk saya sendiri, sebagai muhasabah untuk diri saya sendiri. Semangat jika hari ini sedang dalam proses melewati ujian hidup.